Senyuman Setipis Bibir; puisi dengan judul yang sama pernah dibuat bertahun-tahun lalu. Ada yang bilang, puisinya salah. Judulnya tidak imajinatif. Saya tuliskan lagi, mengabadikannya. Pun jika benar ternyata salah.
Ruang Cerita
Pertanyaan itu akan selalu terulang dalam waktu. Tersimpan abadi dalam kerut dahi yang menghiasi tatapan penuh selidik. Mungkin perjalanan hidup akan membasuhnya dengan tambalan cerita yang lain, tetapi bagaimanapun, di sini, di narareba, itu akan tetap jadi pertanyaan yang tak pernah terkubur mati:
“Kalian putus?“
“Kalian putus?“
Sebagaimana biasanya, bibir merah itu akan merekah dan sunggingkan jawaban:
“Ya, dia sudah punya tunangan.“
Jauh di dasar hatinya, ada banyak ruang untuk jawaban-jawaban yang disimpannya sendiri. Seperti juga jawaban untuk pertanyaan itu:
“Ya, karena ternyata dia tahu, aku selalu ketemuan sembunyi-sembunyi dengan mantan-mantanku. Suatu malam, dia akhirnya pergi. Tak pernah kembali, lagi.“