Begitupun saat MRT diluncurkan. Penasaran mencoba seperti apa rasanya menaiki moda transportasi yang jalurnya turun menggali tanah, dan naik menembus ketinggian langit Mamakota itu.
Ternyata ‘hanya’ kereta cepat. Kirain serupa mesin ala “Star Trek” atau setidaknya semodel kapsul supersonik ala “The King’s Man”.
Kecuali kereta, di Manggarai semuanya ada. Bedanya, di Mamakota, semuanya terangkum dan terpadu dalam satu sistem: Jak Lingko.
Tetapi lucunya di situ. Jak Lingko adalah sistem pengelolaan moda transportasi publik yang pengintegrasiannya ‘meminjam’ filosofi Lingko di Manggarai-Flores.
Sementara di Manggarai sendiri, filosofi Lingko itu masih tetap di Lingko. Tidak sampai ke manajemen terpadu sistem transportasi publik. Begitulah kira-kira tutur teman-teman yang berkunjung ke sana dan kecewa karena dihadang oknum sopir travel.
Seperti itu. Seumpama Pancasila, filosofinya kemudian dipakai di Amerika Serikat. Kita punya burung dan BPIP-nya. Mereka yang nikmati negara ‘berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat’ karena melakoni sistemnya.
*Dukuh Atas. Januari 2020.