Narareba.com – Sepekan setelah peristiwa penikaman novelis Salman Rushdie, satu per satu fakta tentang sosok penyerangnya terungkap.
Ternyata penikamnya adalah Hadi Matar, 24 tahun, diketahui sebagai warga Lebanon-AS yang ternyata adalah pengikut garis keras Hizbullah.
Pengikut setia kelompok militan Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, memuji serangan terhadap Salman Rushdie tapi membantah terlibat langsung.
Baca: Bakal Pensiun Jadi Artis, Amanda Manopo Lebih Pilih Jual Kue
Salman Rushdie Ditikam Pria Asal Lebanon
Pejabat Hizbullah bungkam sejak serangan terhadap novelis The Satanic Verses tersebut.
Meski begitu, perpecahan di kalangan komunitas Syiah Lebanon terbagi menjadi dua.
Dilansir dari berbagai sumber, ayah dari Hadi Matar diketahui tinggal di sebuah desa di bagian selatan Lebanon yang didomisili oleh Hizbullah.
Ibunda Hadi Matar, Silvana Fardos, mengatakan kunjungan putranya ke desa Yaron pada 2018 mengubah pola pikir anaknya menjadi fanatik agama.
Baca: Dewi Perssik Bongkar Ukuran ‘Anunya’ Angga Wijaya: Gak Gede
“Putra saya sepanjang hidupnya tinggal di AS sampai dia mengunjungi Lebanon untuk pertama dan terakhir kalinya di 2018. Perjalanan itu mengubahnya selamanya,” ungkap Silvana Fardos, dilansir dari stasiun televisi lokal, Al-Jadeed.
Menurut penuturannya, setelah Hadi Matar kembali dari Lebanon, dia menjadi seorang manusia berbeda.
“Saya tahu bahwa dia mengalami depresi yang panjang. Saya tidak berharap suatu hari nanti dia telah melakukan bunuh diri. Sepanjang hidupnya, ia diperlakukan tidak baik oleh ayahnya,” katanya lagi.
Silvana Fardos membantah telah mengasuh seorang anak yang pada akhirnya menjadi teroris.
“Tidak, saya menyayangi dan mengasuhnya dengan baik. Saya mengasuh seorang malaikat,” tegasnya.
Salman Rushdie Ditikam
Salman Rushdie ditikam pada Jumat (12/8) di barat kota New York.
Dia ditikam lebih dari 10 kali saat naik ke atas panggung untuk berbicara di sebuah forum diskusi sastra tentang kebebasan berekspresi.
Baca: Ayu Ting Ting Sebut 17 Agustus Dulu Lebih Seru daripada Sekarang
Ini bukan pertama kalinya Salman Rushdie dikecam dengan ancaman pembunuhan.
Sejak novel keempatnya terbit The Satanic Verses, ia mendapat ancaman lalu bersembunyi di London lalu tinggal di New York.
Pada September 2001, ia baru berani bersuara dan muncul ke hadapan publik.