Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest YouTube
    Narareba.com
    • Beranda
    • Peristiwa
    • Narapedia
      • Tanaman
      • Karakter
    • Catatan
    • Galeri
    • Lirik
    Subscribe
    Narareba.com
    You are at:Beranda - Catatan - Nanti Tuhan Tolong, tetapi Kapan?
    Catatan

    Nanti Tuhan Tolong, tetapi Kapan?

    20/08/20202 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email
    NantiTuhanTolong2CtetapiKapan
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Narareba.com – Dulu, semasa kecil, saya akan sangat senang sekali jika diajak bapa untuk misa hari minggu di gereja paroki Kumba.

    Karena kesempatan itu tidak selalu ada. Lebih sering, bapa harus menjadi petugas liturgi atau ikut membantu ini-itu saat perayaan. Jadinya, tidak setiap minggu ada kesempatan bisa duduk bersama bapa di gereja.

    Setidaknya, itu yang masih terekam tentang ingatan usia 4-6 tahun.

    Saat itu, satu-satunya irama nyanyian yang saya hafal adalah tanggapan doa umat. Aslinya berbunyi: “Kami mohon padamu Tuhan, kabulkanlah doa kami”.

    Tetapi, “Kabul” adalah kata yang tidak ada dalam perbendaharaan kosa kata saya di usia-usia itu. Satu-satunya yang saya pahami adalah kata “Kabur”.

    Jadilah. Setiap saya menyanyi  dengan suara yang paling keras (mengingat cuma itu irama yang bisa saya nyanyikan), bunyinya menjadi: “Kami mohon padamu Tuhan, kaburkanlah doa kami.”

    Itu pengalaman saya pertamakali merasa diri sebagai ‘penyanyi’. Meskipun setiap kali menyanyi, umat lain akan menoleh sambil senyam-senyum menahan tawa..

    Dan, bapa tidak pernah menyalahkan atau marah. Mungkin, di matanya dan di mata orang-orang, saya masih terlalu kecil, saat itu.

    Saat pulang di 2019 lalu, bapa sempat bercerita tentang pengalaman itu: tentang Ino kecil yang menyanyikan ‘kaburkanlah doa kami’. Saya menanggapinya dengan: saya masih ingat, bapa.

    —
    Di hari-hari belakangan, ingatan tentang kejadian itu muncul lagi. Entah bagaimana, nada-nada “Kaburkanlah doa kami” berseliweran dengan tema soal tambang dan tragedi Besipae di NTT.

    NTT. Nanti Tuhan Tolong. Cuma, mungkin dulu saat berdoa minta Tuhan tolong NTT, bunyinya beda: “Kami mohon padamu Tuhan, Kaburkanlah doa kami.”

    Maka jadilah petang dan pagi.*

    Narareba
    Previous ArticleSemeja, Sebakul, Senasib, Sepenanggungan
    Next Article Anak Papa Ngasang dan Hikayat Menjadi Keren

    Related Posts

    Bila Perlu, Menangislah Sampai Habis

    23/02/20213 Mins Read

    Antara Pilihan Hidup dan Seni Membaca Takdir

    16/02/20213 Mins Read

    Jika Tulisan Tanganmu Mirip Sekumpulan Cacing Menari

    14/02/20212 Mins Read
    Terpopuler

    Situs Terkenal Yang Diresmikan Pada Tanggal 8 Oktober

    Rahasia Pembibitan Ketepeng Cina: Temukan Rahasia untuk Bibit Unggul!

    Situs Terkenal Yang Diresmikan Pada Tanggal 21 April

    Rahasia Terungkap: Cara Membuka Pintu Menuju Kepribadian yang Cemerlang

    © 2025 Narareba.com
    • About
    • T.O.S.
    • Privacy
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.