mimpi-ikan-cara
Ikan Cara Sepanjang Jalan: Catatan Mimpi

Aku sedang ingin memunggungi waktu, berharap siang dan malam bergulir begitu saja tanpa permisi, tanpa harus singgah untuk mengingatkan bahwa umurku berkurang sehari lagi. Aku tak ingin bertambah tua, juga tak ingin kembali ke masa lalu. Ini mungkin bukan saat-saat terbaik dalam hidup, tetapi aku betah. Di sini, saat ini: dengan keadaan yang melingkupi, dengan apa yang kumiliki, dengan orang-orang yang kutemui, aku betah.

Bukan berarti semuanya sedang baik-baik saja. Aku sedang terbagi, dan aku tak suka itu. Ada keinginan untuk terus maju; ambisi seorang perantau untuk lebih dan lebih jauh lagi. Ada ambisi untuk segera ke level berikutnya; melanjutkan mimpi tentang kuliah di luar negeri tanpa harus memikirkan biayanya berapa atau ongkosnya dari mana. Ada harapan untuk ke tahapan berikut; menikah, punya anak, tua, dan menghabiskan akhir hidup di suatu tempat yang kuimpikan sejak lama. Ada tanggungjawab untuk kembali; pulang ke kampung halaman, bahagiakan orang tua, dan melakukan sesuatu.

Seperti itulah. Harus maju, tapi tak ingin pergi. Harus tinggal, tapi tak ingin diam di tempat. Aku tak suka ini: berpuasa tetapi tak juga lapar, insomnia tetapi tak kunjung didatangi kantuk. Barusan, jawaban itu datang. Dalam mimpi yang sebentar, saat kantuk di waktu yang tak seharusnya berujung ke lelap yang aneh. Ada mimpi tentang perjalanan di sisi tebing, tentang wanita-wanita yang berjudi di ujung lembah, tentang ikan cara yang tercecer sepajang jalan, tentang hantaman tombak yang menghujam tepat di dada, tentang pengejaran menuntut balas, dan tetang perbincangan di persimpangan Mano, Manggarai Timur.

Aku terbangun dan merasa janggal. Kenapa alur mimpi itu masih melekat jelas dalam ingatan saat telah tersadar? Apakah ini sebuah pesan? Entahlah. Buru-buru kubuka laptop; tak tahu harus menyimpannya di mana, mimpi itu kutuliskan di sini. Mungkin esok aku akan lupa, tak sempat menafsirkannya. Sejujurnya, aku masih ngantuk. Entahkah nantinya tulisan ini ditulis sampai akhir, aku belum yakin. Dan, ya… Semoga saja ada yang membacanya dan menafsirkan maknanya.*

The eye sees a thing more clearly in dreams than the imagination awake. – “Da Vinci’s Demons
Artikel SebelumnyaLiebster Award: Ngeri-ngeri Sedap
Artikel BerikutnyaEnde: Merengkuh Ingatan, Menggungah Kenangan