Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest YouTube
    Narareba.com
    • Beranda
    • Peristiwa
    • Narapedia
      • Tanaman
      • Karakter
    • Catatan
    • Galeri
    • Lirik
    Subscribe
    Narareba.com
    You are at:Beranda - Catatan - Dewa dan Rintik di Bubungan Waling
    Catatan

    Dewa dan Rintik di Bubungan Waling

    23/01/20142 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email
    dere-de
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email
    Merangkak, tertatih dan akhirnya berjalan tegak. Begitulah dia. Tetapi ia tidak ingin sebatas itu. Ia ingin seperti kupu-kupu, bersayap. Ia juga ingin berubah bentuk, bermimpi bahwa akan ada sepasang sayap yang perlahan menyembul dari balik kedua punggungnya. Ia ingin menjadi malaikat, seperti kepompong yang akhirnya bersayap.

    Kenyataan bahwa malaikat adalah ‘makhluk asing’ di antara sekumpulan manusia membuatnya jengah. Ia lalu ingin lebih dari malaikat, tak bersayap tapi bisa terbang pergi ke manapun ia mau. Ia ingin menjadi dewa, seperti Zeus, Seperti Apollo, Seperti Odin; ada di manapun dan kapanpun tanpa harus terbebani sepasang sayap dan berisik decak kagum. Namun, saat ia tengah ke sana dan ke mari, ia terpaku dengan sayup suara dari balik tembok di sudut kota. Untuk sehari ia tercenung dan bertanya-tanya, ‘Apalah artinya ada-di-manapun tetapi tidak-di-sini?’

    Mendadak ia ingin kembali, bukan seperti dewa, bukan seperti malaikat, bukan seperti pejalan tegak, bukan sebagai makhluk yang merangkak, tetapi seperti janin. Tiba-tiba saja ia hanya ingin duduk, di sini, merenungkan cinta tanpa syarat seperti yang dulu diterimanya saat meringkuk di dalam kandungan ibu, jauh sebelum ia bersayap, jauh sebelum ia ingin menjadi dewa. Di sini, perlahan, dan tak selesai, air matanya menetes seperti rintik Oktober di bubungan Waling.

    Di ujung isak, ditariknya napas panjang. Bukan seedisi buku. Bukan juga sebait lagu. Bukan sepotong puisi. Ia ingin memberimu ini, sepotong suara yang pernah memakunya di sudut kota:

    Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

    Dengan isyarat yang tak sempat
    Diucapkan kayu
    Kepada api yang menjadikannya
    Abu . . .

    West Java, The Morning After The Day You Asked Me
    ‘Inspired by: “Metamorphoses” – Publius Ovidius Naso’

    Narareba Waling
    Previous ArticleBelajar Bahasa Manggarai, Setelah Arab: Mozaik Joak
    Next Article Lagu Daerah Manggarai di Halaman Pencarian Google

    Related Posts

    Bila Perlu, Menangislah Sampai Habis

    23/02/20213 Mins Read

    Antara Pilihan Hidup dan Seni Membaca Takdir

    16/02/20213 Mins Read

    Jika Tulisan Tanganmu Mirip Sekumpulan Cacing Menari

    14/02/20212 Mins Read
    Terpopuler

    Rahasia Ampuh Atasi Hama dan Penyakit Gandaria untuk Panen Berlimpah

    Rahasia Pasangan Harmonis: Konsistensi Kunci

    Rahasia Penyiraman Hoya yang Bikin Tanaman Subur Berbunga Lebat

    Posisi Planet Bumi Di Setiap Tanggal 28 Agustus

    © 2025 Narareba.com
    • About
    • T.O.S.
    • Privacy
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.