Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest YouTube
    Narareba.com
    • Beranda
    • Peristiwa
    • Narapedia
      • Tanaman
      • Karakter
    • Catatan
    • Galeri
    • Lirik
    Subscribe
    Narareba.com
    You are at:Beranda - Catatan - Anak Papa Ngasang dan Hikayat Menjadi Keren
    Catatan

    Anak Papa Ngasang dan Hikayat Menjadi Keren

    03/09/20202 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email
    AnakPapaNgasangdanHikayatMenjadiKeren
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Selain misa, ingatan kecil tentang hari-hari Minggu adalah Hercules, Xena, disusul Wiro Sableng. Sementara di hari-hari biasa, ada Tutur Tinular, Thunder Cats dan Kabuto.

    Betapa televisi dekade 90-an membesarkan anak-anaknya dengan kisah-kisah heroik yang luwar biwasa. Kamu keren kalau kamu jago. Berkelahi.

    Begitupun pilihan hidup. Sejak dari awal mula, situasi membiasakanmu untuk ‘terlihat’ atau ‘terdengar’ keren.

    Kamu siswa SD yang keren kalau kamu jadi utusan lomba Cerdas Cermat, atau lulus testing masuk Seminari. Kamu siswa SMP yang keren kalau kamu staf OSIS, jago maen bola, atau keterima di SMA.

    Pun di SMA, semuanya kurang lebih sama. Kecuali di tahun terakhir, ketika harus menentukan langkah selanjutnya: mengambil pilihan menjadi imam diosesan atau menapaki jalur para biarawan. Untuk pertama kalinya, aura keren dan tidak keren sejenak hilang dari pembicaraan di lingkup pertemanan.

    Belakangan, saya memilih meneruskan langkah di jalan Para Saudara Dina. Setahun, dibentuk di Bonaventura dengan segala suka-dukanya. Bertani. Beternak menghadapi Bandot dan Gubio. Bertapa dalam Silentium dan Serafik sepanjang lingkar perbukitan dan cekungan sungai-sungai Pagal.

    Termasuk mengalami bagaimana dalam prosesnya, ada Saudara seperjalanan yang memutuskan untuk berhenti, dan pergi. Ya. Kehilangan adalah peristiwa yang tak pernah mudah.

    Sampai kemudian, setelah di Transitus, dari antara kumpulan domba itu, sayalah yang pertama kali berhenti dan pergi.

    Ada satu yang selalu dibawa sejak itu. Sejak sesaat sebelum, selama, dan setelah Transitus. Bahwa hidup bukanlah soal bagaimana kamu bisa tampil keren di mata orang, tetapi pengorbanan seperti apa yang bisa kamu berikan untuk orang lain; setidaknya untuk mereka yang kamu cintai.

    Mungkin kamu bukanlah Anak Papa Ngasang yang bisa dibanggakan sekeluarga besar. Mungkin kamu bukanlah tetangga lingkungan yang menarik untuk diceritakan separoki juga sekeuskupan. Atau mungkin, kamu bukan calon mantu yang layak untuk diperhitungkan di kalangan Anak Rona.

    Karena kamu tidak keren. Sama sekali. Di mata orang. Lain.

    Itu tidak jadi soal. Karena yang terpenting, bukanlah apa yang kamu lakukan untuk dirimu, untuk mencapai segala yang keren, supaya seisi dunia tahu. Minimal dapat Likes.

    Pada akhirnya, ukuran dan takaran yang dikenakan kepadamu adalah apa yang sudah kamu lakukan untuk orang lain, untuk mereka yang kamu cintai.

    Meski yang tahu itu cuma dirimu, jam dinding, dan Tuhan.*

    Anak Papa Ngasang dan Hikayat Menjadi Keren

    – Pagal, Cibal. Pada Suatu Masa.

    Narareba
    Previous ArticleNanti Tuhan Tolong, tetapi Kapan?
    Next Article Pandemi dan Latihan Menuju Akhir Zaman

    Related Posts

    Bila Perlu, Menangislah Sampai Habis

    23/02/20213 Mins Read

    Antara Pilihan Hidup dan Seni Membaca Takdir

    16/02/20213 Mins Read

    Jika Tulisan Tanganmu Mirip Sekumpulan Cacing Menari

    14/02/20212 Mins Read
    Terpopuler

    Posisi Planet Bumi Di Setiap Tanggal 11 Januari

    Rahasia Mengembangkan Kepribadian Berempati, Temukan Wawasan Baru!

    Rahasia Buah Sukun Terungkap: Manfaat dan Resep Lezat yang Tak Terduga

    Waktu Panen Bawang Kucai Tepat, Cita Rasa Nikmat!

    © 2025 Narareba.com
    • About
    • T.O.S.
    • Privacy
    • Contact

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.